Tolak Ukur Pernikahan yang Sukses
Senin, 19 September 2011 by ilyasabdulghani
Tolak Ukur Pernikahan yang Sukses, tapi sebelum penjelasan saya menitip link untuk mengikuti kontes dengan kata kunci Mobil Keluarga Terbaik Di Indonesia , Secara singkat, menurut Anda, apa tolak ukur pernikahan yang sukses?
Tolak Ukur Pernikahan yang Sukses, Perkawinan merupakan eksperimen kehidupan yang berkaitan dengan masa depan suami-istri dan dengan realitas pemikiran dan kehidupan masing-masing mereka. Oleh karena itu, kesuksesannya bergandengan dengan anggapan masing-masing mereka bahwa pemikahan merupakan suatu tahapan yang berbeda dengan tahapan pertunangan. Karena, tahapan pertunangan adalah tahapan yang tidak dibekali dengan tanggung jawab langsung, bahkan boleh jadi hanya merupakan impian-impian yang naif Sedangkan perkawinan adalah tahapan untuk memasuki suatu realitas dan menjalani kehidupan yang menghubungan antara yang satu dan yang lain, bukan hanya dalam tingkat fisik saja, tetapi juga pada tingkat spiritual, intelektual, dan kultural. la adalah kehidupan yang selalu menuntut kontak sepanjang siang dan malam dan kombinasi penuh yang mempengaruhi selera (keinginan) , kebutuhan, dan hubungan masing-masing mereka.
Oleh karena itu, hendaklah mereka mempelajari semua itu sedini mungkin, sehingga masing-masing dari mereka tidak menjadi masalah bagi yang lain dan agar tak seorang pun dari keduanya yang menindas atau melalimi yang lain. Itu supaya problem- problem pribadi dan sosial keduanya menjadi teratasi serta memperteguh keselamatan dan keharmonisan kehidupan rumah tangga mereka dan dapat menjaga keseimbangan jiwa mereka masing-masing, sekiranya setiap dari mereka mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan diri secara penuh, serta mengekspresikan kebutuhan dan impiannya.
Walaupun seandainya kita menerima anggapan bahwa masyarakat kita adalah "masyarakat pria", namun hal ini tidak membenarkan asumsi pria bahwa pindahnya istrinya kepadanya adalah sebagai pendorong untuk meniadakan kepribadian istrinya di hadapan kepribadiannya dan menghilangkan perasaannya dan hubungan sosialnya dengan keluarganya atau dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Asumsi itu biasanya dibangun dengan alasan bahwa pria ingin agar istrinya benar-benar mencurahkan perhatiannya semata-mata kepadanya. Seharusnya tidak demikian; hendaklah pria melihat dan memperlakukan wanita sebagai manusia yang bekerjasama dan hidup dengannya, dan hendaklah dia meneguhkan kemanusiaan wanita dan kemanusiaannya sendiri dalam ruang lingkup interaksi timbal balik antara keduanya.
Sesungguhnya kehidupan suami-istri tidak berarti meniadakan jati diri siapa pun dari mereka. Melainkan ia merupakan akad (kesepakatan) yang sah antara kedua belah pihak yang kemudian mengakibatkan adanya jalinan hubungan-hubungan sosial melalui ikatan-ikatan yang menghubungan antara keluarga suami dan keluarga istri. Oleh karena itu, hendaklah suami-istri melihat kehidupan rumah tangga dengan kacamata akal, bukan dengan kaca mata emosional (perasaan)
Mengingatkan sebagai bahan optimasi kata kunci kontes seo : " Adira Asuransi Kendaraan Terbaik Indonesia " dari World News Today
Tolak Ukur Pernikahan yang Sukses, Perkawinan merupakan eksperimen kehidupan yang berkaitan dengan masa depan suami-istri dan dengan realitas pemikiran dan kehidupan masing-masing mereka. Oleh karena itu, kesuksesannya bergandengan dengan anggapan masing-masing mereka bahwa pemikahan merupakan suatu tahapan yang berbeda dengan tahapan pertunangan. Karena, tahapan pertunangan adalah tahapan yang tidak dibekali dengan tanggung jawab langsung, bahkan boleh jadi hanya merupakan impian-impian yang naif Sedangkan perkawinan adalah tahapan untuk memasuki suatu realitas dan menjalani kehidupan yang menghubungan antara yang satu dan yang lain, bukan hanya dalam tingkat fisik saja, tetapi juga pada tingkat spiritual, intelektual, dan kultural. la adalah kehidupan yang selalu menuntut kontak sepanjang siang dan malam dan kombinasi penuh yang mempengaruhi selera (keinginan) , kebutuhan, dan hubungan masing-masing mereka.
Oleh karena itu, hendaklah mereka mempelajari semua itu sedini mungkin, sehingga masing-masing dari mereka tidak menjadi masalah bagi yang lain dan agar tak seorang pun dari keduanya yang menindas atau melalimi yang lain. Itu supaya problem- problem pribadi dan sosial keduanya menjadi teratasi serta memperteguh keselamatan dan keharmonisan kehidupan rumah tangga mereka dan dapat menjaga keseimbangan jiwa mereka masing-masing, sekiranya setiap dari mereka mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan diri secara penuh, serta mengekspresikan kebutuhan dan impiannya.
Walaupun seandainya kita menerima anggapan bahwa masyarakat kita adalah "masyarakat pria", namun hal ini tidak membenarkan asumsi pria bahwa pindahnya istrinya kepadanya adalah sebagai pendorong untuk meniadakan kepribadian istrinya di hadapan kepribadiannya dan menghilangkan perasaannya dan hubungan sosialnya dengan keluarganya atau dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Asumsi itu biasanya dibangun dengan alasan bahwa pria ingin agar istrinya benar-benar mencurahkan perhatiannya semata-mata kepadanya. Seharusnya tidak demikian; hendaklah pria melihat dan memperlakukan wanita sebagai manusia yang bekerjasama dan hidup dengannya, dan hendaklah dia meneguhkan kemanusiaan wanita dan kemanusiaannya sendiri dalam ruang lingkup interaksi timbal balik antara keduanya.
Sesungguhnya kehidupan suami-istri tidak berarti meniadakan jati diri siapa pun dari mereka. Melainkan ia merupakan akad (kesepakatan) yang sah antara kedua belah pihak yang kemudian mengakibatkan adanya jalinan hubungan-hubungan sosial melalui ikatan-ikatan yang menghubungan antara keluarga suami dan keluarga istri. Oleh karena itu, hendaklah suami-istri melihat kehidupan rumah tangga dengan kacamata akal, bukan dengan kaca mata emosional (perasaan)
Mengingatkan sebagai bahan optimasi kata kunci kontes seo : " Adira Asuransi Kendaraan Terbaik Indonesia " dari World News Today
Komentar :
Posting Komentar